Halaman

Senin, 06 Agustus 2018

Malaikat Kusam

Malaikat Kusam

Sunyi.
Sepi.
Suram.
Haha. 
Ini bukan tentang tawa ku di bulan November ataupun Desember
Bukan juga tentang bahagianya nonton film Pengabdi Setan
Apalagi tentang enaknya sushi stamina roll yang gratisan
Atau tentang bubuk lada ku yang terlalu banyak saat makan bubur ayam 66 
Tapi ini tentang kita
Huffftt aku tidak bisa menggambarkan kita sekarang.
Malaikat ku yang menjadi kusam.

Sekilas aku melihatmu seolah ingin menertawakanmu dan membanggakan diriku
“Aku bisa hidup tanpa kamu”
“Aku lebih bahagia daripada kamu”
“Aku punya banyak teman daripada kamu”
“Untung lha aku ga sama kamu. Kamu jelek”
“Kamu ga lebih baik dari yang sebelumnya”

Tapi ketika aku tidak melihat senyum di wajahmu saat berbicara kepadaku, kebanggaan itu tiba-tiba berubah menjadi....
“Apa aku ga pantas dibahagiakan juga”
“Salah ku apa? Kok tega kamu. Maaf kalau aku ada salah tapi tolong jangan seperti ini”
“Bisakah kita seperti dulu”
“Huh aku rindu”

Tapi yang terjadi sekarang lha yang harus dijalani
Harus diterima
Tapi bolehkah aku mengeluh?
Huh ini sungguh menyebalkan.
Kenapa kamu tiba tiba menjadi kusam?
Ayo lha kamu yang paling bersinar diantara yang paling terang

Hm kurasa kamu tidak akan pernah bersinar lagi
Karna yang aku tau dan rasa sekarang
Kamu tidak terlalu baik untuk diperjuangkan
Dan tidak terlalu indah untuk ditangisi
Apalagi terlalu istimewa untuk diminta tetap disisi
Bahkan tidak terlalu pantas untuk aku tulis di sini

Huh pergilah.
Malaikat kusam.
Aku tidak akan menulis bahwa aku menyesal pernah bahagia dengan semua tentangmu 
Tapi aku akan menulis bahwa aku berterimakasih karena membuat pengalaman baru dalam hidup dan akan lebih hati hati menuju kemenangan hati


Hahaha tapi aku bohong.